Perjalanan Kekuasaan Rezim Bashar al-Assad di Suriah
Senin, 2 Desember 2024 05:59 WIB
Sejarah rezim Bashar al-Assad di Suriah dimulai pada tahun 2000, ditandai dengan harapan reformasi yang berubah menjadi konflik berkepanjangan sejak 2011. Perang saudara ini melibatkan berbagai kekuatan global, memengaruhi politik, ekonomi, dan kehidupan masyarakat Suriah.
***
Rezim Bashar al-Assad di Suriah telah menjadi topik utama dalam sejarah politik Timur Tengah sejak ia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2000. Meskipun banyak yang mengharapkan perubahan, perjalanan pemerintahannya telah diliputi oleh kekerasan, perang saudara, dan ketegangan internasional. Artikel ini akan membahas secara mendalam sejarah rezim Bashar al-Assad, dari awal kepemimpinan hingga perang saudara yang melanda negara ini.
- Awal Kekuasaan Bashar al-Assad (2000-2011)
Setelah kematian ayahnya, Hafez al-Assad, pada tahun 2000, Bashar al-Assad naik menjadi Presiden Suriah. Dengan latar belakang seorang dokter mata, Bashar al-Assad dikenal sebagai pemimpin muda yang memulai masa pemerintahannya dengan harapan reformasi. Meskipun demikian, meski ada upaya untuk membuka sektor ekonomi dan modernisasi, pemerintahannya tetap mempertahankan kontrol ketat atas kebebasan sipil dan politik. Suriah terus dikuasai oleh Partai Ba'ath yang otoriter.
Pada awal masa kepemimpinannya, Bashar al-Assad mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan dunia Barat, namun kebijakan luar negeri Suriah tetap kontroversial, terutama dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Lebanon, seperti Hizbullah.
- Protes dan Pemberontakan 2011: Awal Perang Saudara Suriah
Tahun 2011 menandai titik balik penting dalam sejarah rezim Bashar al-Assad. Pemberontakan besar-besaran yang terinspirasi oleh gerakan "Arab Spring" mengguncang Suriah. Protes damai yang dimulai di kota Daraa, dengan tuntutan reformasi politik dan ekonomi, berubah menjadi konflik bersenjata setelah pemerintah menanggapi dengan kekerasan yang luar biasa.
Tindakan represif ini memicu protes yang lebih besar, yang akhirnya berujung pada perang saudara Suriah. Berbagai kelompok oposisi muncul, termasuk kelompok militan seperti ISIS, yang memperburuk situasi. Rezim Assad merespons dengan serangan militer brutal dan penggunaan senjata kimia, yang menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan warga sipil.
- Keterlibatan Internasional: Rusia dan Iran Mendukung Assad
Selama perang saudara, Suriah menjadi medan pertempuran bagi kekuatan internasional. Rusia dan Iran memberikan dukungan militer yang signifikan kepada rezim Bashar al-Assad. Rusia, melalui intervensi udara pada 2015, memainkan peran kunci dalam membantu Assad memukul mundur pasukan oposisi dan kelompok ekstremis. Iran juga mendukung Assad dengan mengirimkan pasukan dan milisi pro-Iran.
Sementara itu, Amerika Serikat dan negara-negara Barat mendukung kelompok oposisi, meskipun terdapat ketidaksepakatan mengenai kelompok mana yang harus diberi dukungan. Ketegangan internasional ini memperburuk konflik di Suriah, yang mengarah pada kehancuran besar-besaran dan kemiskinan yang meluas.
- Kembali Menguasai Suriah (2018-Sekarang)
Pada 2018, setelah bertahun-tahun pertempuran sengit, Bashar al-Assad berhasil menguasai kembali sebagian besar wilayah Suriah dengan bantuan Rusia dan Iran. Namun, meskipun Assad mengklaim kemenangan, konflik belum sepenuhnya berakhir. Banyak wilayah di Suriah, terutama di utara, masih berada di bawah kontrol kelompok oposisi atau pasukan asing.
Meskipun Suriah mulai berusaha untuk membangun kembali negara yang hancur, ekonomi Suriah tetap terpuruk, dan banyak warga Suriah yang terpaksa mengungsi ke negara-negara tetangga.
- Kontroversi Penggunaan Senjata Kimia dan Reaksi Internasional
Salah satu aspek paling kontroversial dari perang saudara Suriah adalah dugaan penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad terhadap warga sipil. Insiden seperti serangan kimia di Ghouta pada 2013 dan Douma pada 2018 menarik kecaman keras dari masyarakat internasional. Serangan-serangan ini menyebabkan banyak negara, terutama negara-negara Barat, mengecam pemerintah Assad dan menerapkan sanksi lebih lanjut.
Namun, Bashar al-Assad tetap mengklaim bahwa serangan-serangan tersebut adalah hasil dari kelompok-kelompok teroris atau pemberontak, bukan dari pasukan pemerintah.
- Masa Depan Suriah dan Rezim Bashar al-Assad
Meskipun Assad berhasil bertahan di kekuasaan, masa depan Suriah tetap penuh ketidakpastian. Negara ini masih berjuang untuk membangun kembali infrastruktur yang hancur akibat perang. Banyak wilayah yang dilanda ketegangan etnis dan sektarian, sementara krisis kemanusiaan terus berlanjut. Meskipun beberapa negara Arab telah mulai menjalin hubungan kembali dengan Suriah, sanksi internasional yang dikenakan oleh negara-negara Barat tetap menjadi hambatan bagi pemulihan ekonomi.
Bashar al-Assad dan rezimnya tetap memegang kendali atas sebagian besar negara, namun stabilitas jangka panjang masih sangat bergantung pada faktor internasional dan kesepakatan politik dalam negeri. Terbaru rezim ini mendapati tantangan baru dengan muncul pemberontakan yang berhasil menduduki kota-kota penting seperti Idlib dan Aleppo yang diduga disokong oleh Israel dan Barat yang tengah bergejolak di kawasan itu selama setahun terakhir.

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler